Friday, August 28, 2009

Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Pada Institusi Perbankan Islam

Oleh: Muhammad Yasir Yusuf. MA
Candidate PHD, Islamic Development Manajement
USM, Penang, Malaysia

Perbankan Islam didefinisikan sebagai perbankan yang sesuai dengan sistem nilai dan etika Islam. Ia juga dikatakan sebagai lembaga yang terlibat secara lansung dengan masalah keuangan yang bedasarkan syari'ah Islam dengan menggunakan kaedah-kaedah fiqh. Al Najjar memberi definisi umum bagi perbankan Islam yaitu lembaga keuangan yang mengumpul dana dan menjalankan operasinya dalam lingkup syari'ah dengan tujuan membina kesatuan masyarakat Islam bagi merealisasikan keadilan pendistribusian serta menggunakan dana-dana itu mengikut landasan Islam. Sebahagian lain mengatakan ia adalah suatu sistem perbankan yang prinsip operasionalnya berasaskan hukum Islam atau syari'ah (Haron, 1996: 2).
Pengertian bank Islam di atas membawa kepada makna bahawa operasional bank Islam didasari oleh al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai rujukan filosofis dan operasionalnya. Hal ini membawa konsekuensi bahawa bank Islam memiliki tanggungjawab sosial untuk mampu menerjemahkan statemen-statemen moral didalamnya secara operasional.

Tanggungjawab sosial bank Islam dalam definisi di atas nampak pada tujuan filosofisnya, iaitu untuk membina kesatuan masyarakat dan merealisasikan keadilan pendistribusian bersesuaian dengan landasan Islam. Oleh kerana itu, setiap kegiatan lembaga kewangan yang dikhawatirkan menyimpang dari tuntunan agama harus dihindari, yaitu dengan cara menjauhkan diri dari unsur riba dan menerapkan sistem bagi hasil dalam kontrak-kontrak perdagangan. Hal ini mengacu kepada al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 275 dan an- Nisa ayat 29. Akibatnya pada kegiatan mu’amalat adalah berlakunya prinsip ada jasa dan wang dengan barang atau sebaliknya, sehingga akan mendorong produksi barang/jasa, mendorong kelancaran arus barang/jasa, dan dapat dihindari adanya penyalahgunaan kredit, spekulasi, dan inflasi.

Hala tuju utama bank Islam adalah menuju pada pengembangan kesejahteraan masyarakat yang bermuara kepada kondisi sosial masyarakat yang menentramkan. Itulah sebabnya mengapa salah satu misi bank Islam adalah mengutamakan pembangunan sektor riil berbanding dengan pembelian saham di pasar modal. Sehingga dana yang diluncurkan pada sektor riil boleh secara langsung dirasakan manfaat bagi masyarakat. Seperti hidupnya usaha home industri (industri perumahan) dan terbukanya lapangan kerja, sehingga transaksi ekonomi berjalan dengan baik di dalam kehidupan masyarakat oleh sebab adanya permintaan dan penawaran. Disisi lain pengelolaan zakat yang baik, yang di dapat dari keuntungan perbankan Islam boleh berdampak pada perberdayaan ekonomi masyarakat miskin kearah yang lebih baik.

Aspek pelayanan dalam perbankan Islam merupakan gabungan antara aspek moral dan aspek bisnes. Dalam operasionalnya selalu bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dan terbebaskan dari unsur perjudian, gharar (ketidakjelasan/manipulasi), dan riba. Oleh kerana itu, bank Islam tidak bebas bertransaksi semaunya, melainkan harus mengintegrasi nilai-nilai moral dengan tindakan-tindakan ekonomi berdasarkan syariah. Wang dan kekayaan hanya sebatas menjadi alat terpadu untuk mencapai kebaikan dalam masyarakat. Sedangkan landasan utama perbankan syariah adalah keyakinan, kebebasan, kejujuran, dan kegigihan untuk meraih sukses, ditunjang faktor-faktor sumber dana, sumber daya manusia, mitra usaha, dan perkembangan teknologi.

Baik landasan falsafah maupun aspek layanan bank Islam di atas menjadi nilai lebih yang tidak dimiliki oleh bank konvensional. Namun, pada saat yang bersamaan dikhawatirkan hal tersebut juga menjadi kelemahan yang menonjol manakala tidak diimplementasikan dengan sepenuhnya. Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan jika melihat pada realitas bank Islam saat ini. Realitas yang dimaksud adalah kondisi-kondisi riil dimana bank Islam; pertama, telah mereduksi makna tanggung jawab sosial menjadi peyaluran dana sosial (Zakat, Infak dan Sadaqah) sahaja. Kedua, lebih mementingkan kepentingan jangka pendek dalam bentuk keuntungan materi, tidak ubahnya bank konvensional. Ketiga, lemah dalam aspek sumber daya insani, dimana sumber daya insani yang tersedia kurang atau bahkan tidak mengenal hukum Islam secara baik. Keempat, minimnya upaya sosialisasi atau pendidikan terhadap masyarakat.

Hal-hal tersebut di atas boleh membawa bank Islam menjadi lembaga kewangan yang hanya mencari keuntungan semata tanpa mempunyai tanggungjawab sosial, menjejaskan falsafah dan hala tuju utama dari pada kewujudan lembaga kewangan Islam.

Khutbah Idul Fitri 1425 H

PESAN MORAL RAMADHAN DALAM MEMBENTUK
KARAKTER KEPRIBADIAN MUSLIM

Oleh:
Muhammad Yasir Yusuf MA
Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Ar-Raniry

الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر ! الله أكبر الله أكبر الله أكبر ! الله أكبر ولله الحمد
الحمد لله الذى أنزل الفرقان على عبده ليكون للعالمين نذيرا، وهو الذى جعل الليل والنهار خلفة لمن أراد أن يذكر أو أراد شكورا، أشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له له ملك السموات والأرض ولم يتخذ ولدا ولم يكن له شريك فى الملك وخلق كل شيء فقدره تقديرا ، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله أرسله شاهدا ومبشرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا، اللهم فصل وسلم على هذا النبى الكريم والرسول العظيم سيد الغر المحجلين وقائد المجاهدين نبينا وقدوتنا وشفيعنا وقرة أعيننا محمد وعلى آله وصحبه وأنصاره وجنوده ومن جاهد فى سبيل الله أما بعد ، فيا ايها الذين آمنوا اتقوا الله ولتنظر نفس ما قدمت لغد واتقوا الله ان الله خبير بما تعملونقَالَ تَعَالَى فِيْ الْقُرآنِ الْعَظِيْمِ : يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْن *

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
معاشر المسلمين رحمكم الله
Segala puji hanya milik Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah yang merajai hari pembalasan. Tidak ada kebahagiaan hakiki kecuali dengan melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Tidak ada rasa cukup, kecuali dengan mengharap rahmat-Nya. Tidak ada kemuliaan, kecuali dengan tunduk kepada keagungan-Nya. Tidak ada petunjuk, kecuali dengan mengikuti cahaya-Nya. Tidak ada kehidupan, kecuali dengan keridhaan-Nya. Tidak ada nikmat, kecuali dengan mendekatkan diri kepada-Nya. Dia-lah yang Maha memberi nikmat, Maha penerima taubat, Maha menerima do’a para hamba-Nya. Tidak ada yang berhak disembah kecuali Dia, yang Maha Tinggi lagi Maha Suci. Tidak ada yang bisa menghitung kenikmatan-kenikmatan yang telah Ia curahkan kepada para hamba-Nya. Dia-lah Pencipta langit dan bumi dan Penguasa jagad raya ini.
Ya Allah hanya milik Engkaulah segala pujian di langit dan di bumi ini. Maha Suci Engkau ya Allah. Tidak ada sekutu bagi-Mu. Maha Besar Engkau ya Allah, yang telah bertasbih langit beserta apa yang ada di dalamnya, bumi beserta isinya, laut dan ikan-ikannya, gunung-gunung, pepohonan, segala yang basah dan kering, dan segala yang mati dan yang hidup.
Kami bersaksi, bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau. Persaksian yang karenanya langit dan bumi ditegakkan. Karenanya makhluk diciptakan. Karenanya Allah mengutus Rasul-rasul-Nya serta menurunkan kitab-kitab-Nya. Karena persaksian ini pula dipancangkanlah timbangan amalan di akhirat, diciptakan surga dan neraka, serta dibelahlah manusia menjadi mukmin dan kafir, la ilaha ilallah Allah akbar.
Shalawat dan salam, semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad paling mulia. Allah mengutusnya sebagai rahmat bagi alam semesta. Sebagai imam bagi orang-orang yang bertaqwa. Sebagai hujjah bagi para manusia. Dialah yang telah menyampaikan risalah serta menunaikan amanah-Nya, berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benarnya. Dengannya pula Allah membuka mata-mata yang buta, telinga-telinga yang tuli dan hati-hati yang terlena. Tidak ada jalan keselamatan kecuali dengan mengikuti syariat-Nya.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
معاشر المسلمين رحمكم الله
Pagi ini ketika matahari merangkak dari peraduannya, gemuruh takbir, tahlil dan tahmid menggema di seluruh penjuru bumi, menyelusup ke dalam relung-relung kalbu muslimin, membahana membelah angkasa raya. Kita mengayunkan langkah keluar bersama satu milyar lebih kaum muslimin di seluruh penjuru dunia, diringi rasa gembira dan haru dalam kesyahduan yang tak dapat dilukiskan. Menundukan wajah keharibaan Allah Ta’ala dengan khusyu, melantunkan kalimat-kalimat suci, semua melangkah dalam kepasrahan, betapa kerdilnya kita di hadapanNya guna meraih kebahagiaan hakiki.
Pagi ini, dengan berat hati kita tinggalkan bulan suci yang penuh berkah, bulan dimana Allah membagi rahmat-Nya, menebar magfirah-Nya dan membuka peluang seluas-luasnya bagi para hamba-Nya agar terbebas dari siksaNya yang pedih.
معاشر المسلمين رحمكم الله
Sebulan penuh kita ditempa untuk memenangkan pertarungan melawan nafsu setan, kita berusaha menundukkan hawa nafsu di bawah syariat Allah, kita mengatur makan, minum, hubungan suami istri serta berbagai macam aktifitas-aktifitas lain sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh Allah.
Oleh karena itu tanda orang yang lulus dalam madrasah Ramadhan adalah mereka yang tetap menjiwai semangat Ramadhan di luar bulan Ramadhan, mereka tidak melokalisir keshalihan hanya di bulan Ramadhan, bersedekah hanya di bulan Ramadhan dan tidak melakukan korupsi di bulan Ramadhan tapi mereka membelenggu setan dan nafsu serta menghambakan diri hanya kepada sang Khalik juga diluar dari bulan Ramadhan. Mereka menjadi hamba yang shaleh sepanjang masa, sepanjang usia sampai Allah mencabut nyawa mereka.
Seandainya kita umat Islam berpegang terus dengan semangat Ramadhan ini, tentu umat Islam akan jaya dan umat manusia merasakan rahmatnya Islam. Akan tetapi, kenyataannya banyak umat Islam yang menghambakan dirinya kepada nafsu dan harta, menghamba kepada setan dan kepada orang-orang yang menjadi musuh Allah, akibatnya umat Islam terus dijadikan kambing hitam dan sesajen bagi orang-orang yang memiliki ambisi dan kepentingan. Rasa takut yang dulu ada di hati orang-orang kafir, kini dicabut, lalu dilontarkan pada hati-hati umat Islam.
Oleh karena itu dengan semangat Ramadhan mari kita kembali ke fitrah kita, kembali ke pangkuan Islam menepis dan menolak kesesatan dan penyesatan, mengawal nafsu duniawi, guna mencari cinta ilahi. Itulah satu-satunya jalan menuju kemenangan dan kemuliaan, solusi membebaskan diri dari kehinaan.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Kaum muslimin yang berbahagia, Allah SWT menyatakan dalam al-Quran bahwa orang-orang yang menunaikan puasa di bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya akan menjelma menjadi manusia yang bertaqwa.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian shaum sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa (QS. Al Baqarah [2]: 183).

Manusia bertaqwa adalah manusia yang tunduk kepada semua aturan-aturan Allah, melaksanakan semua yang diperintahkan dan meninggalkan semua yang dilarang-Nya, serta mempersiapkan diri menyongsong tibanya hari kematian. Ketundukan itu merupakan implementasi dari rasa syukurnya kepada Allah yang telah memberinya segala yang ia miliki, termasuk memberinya Al-Quran sebagai petunjuk, penjelas, dan pembeda antara yang baik dengan yang buruk, antara yang haq dengan batil, antara yang terpuji dengan tercela, antara jalan bahagia dan jalan celaka.
Pada ayat 185 dari surah al-Baqarah, Allah mengajarkan pula kepada kita bahwa setelah selesai menjalankan ibadah puasa, kita harus bertakbir atau membesarkan Allah dan bersyukur kepada-Nya. Ayat ini juga menegaskan, bahwa dalam kehidupan muslim kita berjalan dari takbir ke tasyakur.
وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Takbir artinya membesarkan Allah dan mengecilkan apa pun selain Allah. Dalam ibadah shaum, takbir kita cerminkan dengan mengecilkan pengaruh hawa nafsu dan menghidupkan kebesaran Allah dalam hati kita. Ketika kita membaca Al-Quran, kita mengecilkan seluruh pembicaraan manusia dan hanya membesarkan Kalamullah. Ketika kita berdiri shalat malam di bulan Ramadhan, kita kecilkan seluruh urusan dunia ini dan hanya membesarkan perintah Allah. Seluruh ibadah kita adalah takbir. Seluruh ibadah kita dimaksudkan untuk mengecilkan apapun selain Allah Yang Maha Besar.
Setelah menyelesaikan seluruh ibadah ini, Allah masih juga memerintahkan kita untuk bertakbir. Bukankah dalam puasa kita sudah membesarkan Allah? Bukankah dalam tarawih dan tadarus kita juga sudah membesarkan Allah? Bukankah pada malam hari dan hari Idul Fitri kita sudah bertakbir? Mengapa kita masih harus bertakbir lagi, mengapa kita harus membesarkan Allah lagi?
Allah tahu, kita sering bertakbir dalam ibadah-ibadah kita, tapi melupakan takbir di luar itu. Kita besarkan Allah di masjid, tapi di luar masjid kita besarkan yang lain. Kita mengagungkan kekayaan, kekuasaan, kedudukan; kita besarkan hawa nafsu, kepentingan dan pikiran kita. Di atas tikar sembahyang, di masjid, di mushalla, di tempat-tempat ibadah, kita gemakan takbir. Sementara di kantor, di pasar, di ladang, di tengah-tengah masyarakat, kita lupa bertakbir - kita gantikan takbir dengan takabur.
Ketika kita duduk di kantor, kita campakkan perintah-perintah Allah. Jabatan yang seharusnya kita gunakan untuk memakmurkan negara, melayani rakyat, membela yang lemah, menyantuni yang memerlukan pertolongan, kita manfaatkan untuk memperkaya diri. Kita bangga kalau kita melihat rakyat yang harus kita layani merengek-rengek bersimpuh memohon belas kasihan kita. Kita bangga kalau - dengan sedikit kecerdikan dan kelicikan - kita menumpuk keuntungan walaupun mengorbankan rakyat kebanyakan. Di kantor, di jalanan, di tengah masyarakat, kita singkirkan takbir, dan kita suburkan takabur.
Ketika kita bersaing merebut pasar dan konsumen, ketika kita menjalankan bisnis, seakan-akan Allah tidak pernah hadir dalam hati kita, berarti kita telah bertindak takabur. Kita juga takabur, ketika kita lakukan cara apapun, tanpa peduli halal dan haram, tanpa memperhatikan apakah tindakan kita menghancurkan hidup orang lain atau menyengsarakan banyak orang. Dengan ketakaburan itu, kita melupakan firman Allah yang datang setelah perintah puasa:

”Janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan batil, dan janganlah kamu membawa urusan harta kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahuinya. (QS. al-Baqarah [2]: 188)

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Kita melupakan firman Allah itu. Kita bahkan merasa hebat bila kita mampu mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya walaupun mencampakkan firman Allah. Kita sudah menggantikan takbir dengan takabur.
Di tengah-tengah masyarakat, kita tidak lagi mendengar firman Allah yang mengajarkan kejujuran, keikhlasan, kasih sayang dan amal shaleh. Sebaliknya dengan setia kita mengikuti petunjuk iblis untuk melalukan penipuan, kemunafikan, kekerasan hati dan penindasan. Allah yang kita besarkan dalam shalat dan doa kita, kita lupakan dalam hidup kita. Dalam puasa kita menahan diri untuk tidak memakan makanan dan minuman yang halal, tapi kita berbuka dengan makanan dan minuman yang haram. Bibir kita kering karena kehausan, perut kita kempis karena kelaparan, tapi tangan-tangan kita kotor karena kemaksiyatan. Karena di masjid kita bertakbir, tapi di tengah-tengah masyarakat kita bertakabur, kita sering melihat inkonsistensi (pertentangan) dalam perbuatan kita. Banyak orang yang khusyuk shalatnya, namun asyik dalam maksiyat. Banyak orang yang fasih dalam melafalkan al-Quran, tapi piawai dalam memperdayakan orang lain. Banyak orang yang tidak putus puasanya, namun tidak putus pula kedzalimannya.
Allahu akbar! Tidak ada Tuhan kecuali Engkau. Ampuni kealpaan dan kekhilafan kami. Wahai dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang. Beri kami kemampuan untuk menggemakan takbir dalam seluruh kehidupan kami!
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Satu-satunya jalan yang telah diberikan Allah kepada kita semua untuk senantiasa bisa menggemakan takbir dalam seluruh kehidupan kita adalah melalui pintu puasa yang baru saja kita lalui.
Kaum muslimin, Allah SWT menjadikan Islam sebagai rahmatan lil alamin, pada saat yang bersamaan Allah juga menghendaki umat Islam menjadi umat terbaik, umat yang mampu memikul amanah untuk memimpin dunia ini, membawa masyarakat menuju keadilan dan kesejahteraan, maka ketika itulah Allah SWT mempersiapkan berbagai sarana bagi umat Islam agar umat ini layak menjadi umat yang terbaik. Di antara sarana menjadikan umat terbaik adalah dengan pembentukan karakter kemanusian yang bertaqwa.
Pembentukan manusia yang mempunyai karakter taqwa inilah yang banyak dilupakan manusia, sehingga ukuran kemajuan selalu diukur dengan kemajuan materi. Terkadang kita lupa bahwa manusia itu bukan hanya terdiri dari unsur materi saja, tetapi manusia punya hati nurani yang harus diperhatikan, yang harus dibina sehingga pantas untuk menjadi manusia yang terbaik. Oleh karena itu Ramadhan hadir di tengah-tengah kita dalam rangka untuk menjadikan umat Islam sebagai umat terbaik yang punya karakter yang layak untuk memimpin dunia ini.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
معاشر المسلمين رحمكم الله
Minimal ada 3 karakter kemanusian yang dibentuk oleh ibadah puasa. Pertama, puasa membentuk manusia yang mengoptimalkan kontrol diri (self control). Mengapa? Karena puasa sangat terkait dengan keimanan seseorang. Seseorang bisa saja mengatakan dirinya sedang berpuasa, sekalipun sebenarnya tidak. Oleh karena itu puasa disebut ‘ibaadah sirriyyah (ibadah yang bersifat rahasia). Rahasia antara seorang hamba dengan Al-Kholiq. Sampai-sampai Allah SWT mengatakan dalam sebuah hadits Qudsi yang sering kita dengar “Kulluu ‘amali ibnu aadama lahu illash-shiyaam. Fa innahu lii wa ana ajzii bihi (setiap amal manusia untuk dirinya sendiri, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk aku. Dan akulah yang membalasnya)”.
Apakah amal selain puasa tidak dibalas Allah ? jawabannya dibalas. Tetapi kenapa dalam masalah puasa Allah menegaskan bahwa Dia yang akan membalasnya sehingga seolah-olah amal yang lain itu bukan Allah yang membalasnya? Ini merupakan isyarat Rabbaniyah bahwa amal manusia yang bernama ash-shiyam benar-benar insya Allah akan dijamin diterima oleh Allah SWT. Apakah yang lain tidak dijamin? Ini karena puasa itu adalah ibadah sirriiyyah, dimana orang tidak mengetahui dan tidak melihat ketika dia berpuasa. Karena ketika kita berpuasa, tidak ada orang lain yang tahu. Maka ibadah yang sirriyyah itu adalah sangat dekat dengan keikhlasan. Keikhlasan menjadi syarat utama suatu amal itu diterima oleh Allah, selain harus benar sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW, harus ikhlas.
Makanya kalau kita ingin menjadi orang yang terkenal seperti politikus, muballigh, qori-qoriah dan dipuji oleh banyak orang maka tidak dapat diraih melalui pintu puasa. Puasa mengajarkan kita untuk ikhlas, sedangkan terkenal bisa diraih tapi ia sangat rawan dengan riya’, dan riya’ itu menjadikan amal tidak diterima oleh Allah SWT, ia bekerja untuk sebuah pujian, ia beramal untuk sebuah tujuan. Itulah sebabnya mengapa dalam kaitannya dengan puasa ini Allah menegaskan bahwa Dia sendiri yang akan membalasnya.
Inilah yang dikatakan bahwa puasa akan melatih kita untuk mempunyai karakter pengontrolan diri yang tinggi, baik ketika kita menjadi seorang pemimpin, politikus, karyawan, ulama atau yang lainnya. Kita tidak merasa dikontrol oleh yang lainnya, akan tetapi yang terpenting adalah bahwa kita sadar kita dikontrol oleh Allah Swt. Sehingga praktek-praktek penipuan, kolusi dan korupsi akan terkikis dengan kesadaran bahwa semua akan diawasi oleh Allah SWT.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
معاشر المسلمين رحمكم الله
Yang kedua, lembaga shiyam mendorong kita agar obsesi kehidupan akhirat lebih dominan daripada obsesi kehidupan dunia. Jadi obsesi ukhrawi kita, agar kita menjadi hamba Allah yang akan mendapatkan kenikmatan abadi, itu harus lebih dominan daripada kesenangan yang sifatnya sementara. Karena seluruh kenikmatan yang ada di dunia ini, nikmat apa pun namanya, harta, pangkat, dan sebagainya itu semuanya bersifat sementara.
Makanya dalam bahasa Al-Qur’an kenikmatan dunia itu tidak disebut nikmat, akan tetapi disebut mata’. Mata’ itu artinya adalah ”maa yatamatta’u bihil insan tsumma yazulu qoliilan-qoliilan” (mata’ adalah sesuatu yang disukai oleh manusia, akan tetapi sedikit demi sedikit akan hilang)”. Kenikmatan dunia ada batasnya dan akan berakhir. Puasa itu melatih kita agar obsesi yang ada dalam diri kita adalah obsesi tentang kehidupan yang abadi di akhirat. Semua janji-janji pahala dari ibadah Ramadhan yang diraih akan kita rasakan kenikmatan diakhirat nantinya. Tidak ada pahala ibadah shiyam yang dibayar cash didunia. Artinya semua ditunda diakhirat.
Di negara kita yang sedang terkena krisis multi dimensional ini dan dipenuhi dengan isu korupsi disebabkan karena banyak manusia di negara ini yang obsesinya bukan obsesi ukhrawi. Ada orang yang ingin menjatuhkan orang lain, ada orang yang khawatir kalau-kalau dijatuhkan. Kalau obsesi duniawi ini dominan, bisa-bisa kita akan kehilangan kehidupan ukhrowi kita.
Ketika kita memasuki bulan Ramadhan, maka kita akan ditarbiyah oleh Allah agar obsesi kita adalah obsesi ukhrawi. Namun ini bukan berarti kehidupan duniawi dilarang. Akan tetapi duniawi itu bukan yang dominan dalam kehidupan kita. Makanya kita diajarkan untuk berdo’a “Walaa taj’al mushiibatana fii diinina, walaa taj’aliddun-yaa akbaro hammina (jangan jadikan dunia sebagai obsesi terbesar dalam kehidupan kami).
Yang ketiga, dari lembaga shiyam ini akan melahirkan manusia-manusia yang benar-benar mempunyai al-hasasiyyah al-ijtima’iyyah (mempunyai kepekaan sosial yang tinggi).
Ash-shiyam secara bahasa artinya adalah al-habsu (menahan diri), menahan diri dari seluruh bentuk kemaksiatan. Salah satu pesan moral ibadah shaum yang utama ialah kita dilarang memakan makanan yang haram, bahkan makanan halal pun tidak boleh kita makan sebelum datang waktu yang tepat. Jadi, jangan sembarang makan. Kita mesti memperhatikan apa yang kita makan. Ali bin Abi Thalib berkata, ” Jangan jadikan perut anda sebagai kuburan hewan”. Maksudnya, mungkin bahwa kita tidak boleh terlalu banyak makan daging, apalagi cara memperolehnya dengan jalan yang tidak halal.
Kaum muslimin, pesan moral Ramadhan adalah jangan jadikan perut anda sebagai kuburan orang lain. Jangan jadikan anda sebagai kuburan rakyat kecil. Jangan pindahkan tanah dan ladang milik mereka ke perut anda. Itulah pesan moral shaum yang menurut saya relevan dengan kondisi saat ini, ketika kita dikejar-kejar oleh konsumtivisme (senang berfoya-foya dan berbelanja bayang yang tidak bermanfaat) dan dikejar-kejar untuk meningkatkan status sosial. Kita tidak jarang berani memakan hak orang lain. Kita sering jadi omnivora (binatang pemakan segala) tanpa memperhatikan halal dan haram.
Tetapi, tidaklah cukup hanya sampai di sini pesan moral shaum itu. Shaum juga mengajarkan bahwa walaupun harta itu milik kita, tetapi kita tidak boleh memakannya sebelum datang waktunya yang tepat. Ali bin Abi Thalib berkata,” tidak pernah aku melihat ada yang memperoleh harta yang melimpah luah kecuali disampingnya ada hak orang lain yang disia-siakan. Seandainya kita memperoleh gaji yang cukup tinggi, di dalam Islam, kita tidak boleh memakan semua upah yang kita terima walaupun itu hasil jerih payah kita sendiri. Kita, yang memperoleh penghasilan yang lebih, mempunyai kewajiban untuk menyantuni orang-orang yang miskin. Dan itu pesan moral ibadah puasa. Puasa tidak akan bermakna apa-apa sebelum kita memberikan perhatian yang tulus kepada orang-orang yang menderita di sekita kita.
Inilah kepekaan-kepekaan ruhani yang benar-benar mengalir dalam setiap diri kita ketika kita berpuasa sebagaimana yang dikehendaki Allah SWT. Oleh karena itu Ramadhan yang telah kita lalui ini mudah-mudahan mengantarkan kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang mempunyai karakter kemanusian yang rabbani. Karakter yang mempunyai kontrol diri yang baik, memperhitungkan sebab akibat dari setiap perbuataanya terhadap kehidupan setelah kematian serta mempunyai kepekaan sosial yang tinggi terhadap lingkungan. Itulah hakikat ketaqwaan.
Ketaqwaan yang mengalahkan hawa nafsu, mengantarkan kemenangan bangsa ini melawan krisis, kemenangan umat Islam dalam melawan perselisihan dan kemenangan dalam mensejahterakan umat . Marilah kita jadikan Ramadhan ini sebagai momentum untuk memperbaiki kepribadian kita yang sudah lusuh. Mari kita sinergikan antara takbir kita dimesjid, dilapangan Id dan dimeunasah-meunasah dengan nilai-nilai takbir yang juga dikumandangkan di kantor, di pasar dan ditempat-tempat lainnya.
Akhirnya, marilah kita tutup khutbah ini dengan berdo’a kepada Allah SWT Dzat Maha Gagah Perkasa dengan khusyu’, khudhu’ dan tadlarru’ berharap mudah-mudahan Allah mengabulkan yang kita minta. Wallahu a’lam bishshawab.

قال الله تعالى : إن الله وملآئكته يصلون على النبى يآأيها الذين آمنوا صولوا عليه وسلموا تسليما : اللهم صل وسلم على هذا النبى الكريم والرسول العظيم سيد الغر المحجلين نبينا وشفيعنا وقرة أيننا محمد وعلى آله وصحبه وأنصاره وجنوده ومن أحيى سنته وسلك سبيله ونهج منهجه وجاهد فى الله حق جهاده
اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحيآء منهم والأموت إنك سميع قريب مجيب الدعوات يا قاضى الحاجلت
اللهم إِنَّا عَبِيْدِكَ وَأَبْنآءُ عَبِيْدِكَ وَأْبَنآءُ إِمَآئِك ناَصِيَتُنَا بِيَدِكَ مَاضٍ فِيْنَا حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيْنَا قَضآؤُكَ - نَسْأَلَك بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لك سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلَقِكَ أو أَنْزَلَتْهُ فِى كِتَابِكَ أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِى عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ الْعَظِيْمَ رَبِيْعَ قُلُوْبِنَا َوَنُوْرَ صُدُوْرِنَا وَجَلاءَ أَحْزَاِنَنا وَذَهَابَ هُمُوْمِنَا
اللهم اهْدنا فيمَنْ هَدَيْتَ وعَافِنَا فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنَا فِيْمَنْ تَوَلّيْتَ وَبَاِركْ لَنَا فِيْمَا أَعْطَيْتَ وَقِنَا شَرَّ مَا قَضَيْتَ فَإِنَّكَ تَقْضِى وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتعَالَيْتَ لَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ
الَّلهُمَّ إِنَّا نَسْتعِيْنُكَ وَنَسْتغْفِرُكَ وَنُؤْمِنُ بِكَ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ وَنُثْنِى عَلَيْكَ الْخَيْرَ وَنَشْكُرُكَ وَلَا نَكْفُرُكَ وَنَخْلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُكَ الَّلهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ وَنَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ إِنَّ عَذَابَكَ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ
الَّلهُمَّ أَلْهِمْنَا رُشْدَنَا وَقِنَا شَرَّ نُفُوْسِنَا اللَّهُمَّ ثَبِّتْنَا علَىَ نَهْجِ الْإِسْتِقَامَةِ وَأَعِذْنَا مِنْ مُوْجِبَاتِ الَّندَامَةِاللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ شُكْرًا وَلَكَ الْمَنُّ فَضْلًا وَأَنْتَ رَبُّنَا حَقًّا وَأَنْتَ لَمْ تَزَلْ لِذلِكَ أَهْلًا
اللَهم اْنصُرْ عِبَادَكَ الْمَظْلُوْمِيْنَ في فلسطين وفِى كُلِّ بُقْعَةِ أَرْضِكَ فِيْهَا نَفْسٌ مُؤْمِنَةٌ اللهم وَأَنْزِلِ السَّكِيْنَةَ عليهم وَاكْتُبِ الشَّهَادَةَ عَلَى مَوْتَاهُمْ وَاغْفِرلَنَا وَلَهُمْ وَثَبِّتْ قُلُوْبُنَا وَإِيَّاهُمْ على دِيْنِكَ - اللهم زَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ اللهم فَرّقْ جَمْعَهُم وَأقِلَّ عَدَدَهُمُ وَأَوْصِلِ الْعَذَابَ اْلأَلِيْم إِلَيهم
اللهم اقسم لنا من خشيتك ما تحول به بيننا وبين معصيتك ومن طاعتك ما تبلغنا به جنتك ومن اليقين ما تهون به علينا مصائب الدنيا ومتعنا بأسماعنا وأبصارنا وقوتنا ما أحيتنا واجعله الوارث منا واجعل ثأرنا على من ظلمنا وانصرنا على من عادانا ولا تجعل مصيبتنا فى ديننا ولا تجعل الدنيا أكبر همنا ولا مبلغ علمنا ولا تسلط علينا من لا يرحمنا
وصل اللهم على خير خلقك سيدنا و نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين والحمد لله رب العالمين